Muhasabah Diri di Masa Wabah Korona
Lupa.....entah hari keberapa ini setelah terakhir melaksanakan aktifitas di luar, tiba-tiba kita harus stay at home, work from home and home learning.
Sudah bosan melihat di semua tayanan televisi yang memberitakan tentang penyebaran virus korona bahkan keputusan lockdown di hampir semua wilayah di bumi Indonesia ini sudah dilakukan. terbaru.....adalah penutupan gerbang per rukun tangga.
Mulai dari ditetapkannya work from home, aku mulai mencari kesibukan di rumah, dimulai dari mengadoni donat lagi, jualan lagi, masak bahkan eksekusi resep yang ada di google, download tiktok di hp yang sebelumnya anti tiktok, buat aturan no keluar rumah untuk anak-anak I say just stay at home. sampe buat jadwal si sulung dari mulai bangun tidur hingga tidur lagi di rumah..ya hanya di rumah.
Minggu pertama , sulungku merasa dia terpenjara. harus bangun subuh dan sholat, sholat dhuha, sarapan di rumah, siapkan buku dan alat tulis, mengerjakan tugas dari guru tanpa penjelasan, nonton TV, sholat dhuhur, makan siang, nonton TV, main tiktok, sholat asar, mandi, nonton TV, sholat maghrib, mengaji, menghafal, menulis ayat-ayat al-Quran, dan murojaah surat pendek. semua itu harus dilakukan di rumah. dia merasa terpenjara minggu itu.
Akupun demikian, bangun tengah malam untuk membuat donat, sholat tahajjud, goreng donat, sholat subuh, rapihkan rumah, mandi, mandikan si bungsu, siapkan sarapan, rapihkan rumah, beri tugas siswa via wa, jadi satpam dan guru untuk si sulung, sholat dhuhur, siapkan makan siang, tidur siang, cuci baju, setrika baju yang sudah dicuci, jemur kasur saat panas terik siang hari, sholat asar, rapihkan rumah, mandikan bungsu, sholat maghrib, mengaji, bimbing anak mengaji, sholat isya dan tidur malam. dua minggu berlalu. begitu bosan dengan kegiatan yang dilakukan di rumah, ya selalu di rumah.
Minggu kedua hampir berlalu. semua kegiatan tak ada yang berubah. hingga pada saatnya aku bergabung dengan sebuah grup menulis, kubaca-baca posting dan komen yang dikirim via wa grup tersebut. dan kutemukan satu kesalahanku selama WFH, ya aku hanya memberikan tugas saja tanpa menjelaskan satu materi di dalamnya.
Tersadar bahwa aku mungkin makan gaji buta, seenaknya saja memberikan tugas tanpa penjelasan. akhirnya aku berusaha membenahi kesalahanku, aku mulai bertanya kepada para penghuni wa grup yang telah menyadarkanku akan kesalahanku itu. mereka baik dan ramah, tidak pelit ilmu dan sangat senang direpotkan.
Melihat semangatku bangkit, sulung pun mulai menyadari kesalahannya yang merasa bosan di rumah. dia pun mulai semangat mengikuti semua aturan yang kubuat. selalu mngerjakan kegiatan tepat waktu dan tanpa disuruh lagi.
Mungkin ini yang hendak Allah sampaikan pesan melalui wabah korona yang mendunia. saat stay at home, adalah satu kesempatan membenahi diri dan mengingat ilahi. kesalahan kecil yang dilakukan terus-menerus akan menjadi kesalahan besar, maka hanya dengan segera melakukan hal yang lebih baik kita bisa menebus kesalahan tersebut.
Korona mengajarkan kita pentingnya waktu bersama keluarga.
Korona mengajarkan mengingatkan kita sadar dari kesalahan yang selama ini dilakukan.
Terimakasih Tuhan....
Engkau sudah mengingatkan kami di dunia sebelum mati.
Terimakasih Rabb...
Sudah bosan melihat di semua tayanan televisi yang memberitakan tentang penyebaran virus korona bahkan keputusan lockdown di hampir semua wilayah di bumi Indonesia ini sudah dilakukan. terbaru.....adalah penutupan gerbang per rukun tangga.
Mulai dari ditetapkannya work from home, aku mulai mencari kesibukan di rumah, dimulai dari mengadoni donat lagi, jualan lagi, masak bahkan eksekusi resep yang ada di google, download tiktok di hp yang sebelumnya anti tiktok, buat aturan no keluar rumah untuk anak-anak I say just stay at home. sampe buat jadwal si sulung dari mulai bangun tidur hingga tidur lagi di rumah..ya hanya di rumah.
Minggu pertama , sulungku merasa dia terpenjara. harus bangun subuh dan sholat, sholat dhuha, sarapan di rumah, siapkan buku dan alat tulis, mengerjakan tugas dari guru tanpa penjelasan, nonton TV, sholat dhuhur, makan siang, nonton TV, main tiktok, sholat asar, mandi, nonton TV, sholat maghrib, mengaji, menghafal, menulis ayat-ayat al-Quran, dan murojaah surat pendek. semua itu harus dilakukan di rumah. dia merasa terpenjara minggu itu.
Akupun demikian, bangun tengah malam untuk membuat donat, sholat tahajjud, goreng donat, sholat subuh, rapihkan rumah, mandi, mandikan si bungsu, siapkan sarapan, rapihkan rumah, beri tugas siswa via wa, jadi satpam dan guru untuk si sulung, sholat dhuhur, siapkan makan siang, tidur siang, cuci baju, setrika baju yang sudah dicuci, jemur kasur saat panas terik siang hari, sholat asar, rapihkan rumah, mandikan bungsu, sholat maghrib, mengaji, bimbing anak mengaji, sholat isya dan tidur malam. dua minggu berlalu. begitu bosan dengan kegiatan yang dilakukan di rumah, ya selalu di rumah.
Minggu kedua hampir berlalu. semua kegiatan tak ada yang berubah. hingga pada saatnya aku bergabung dengan sebuah grup menulis, kubaca-baca posting dan komen yang dikirim via wa grup tersebut. dan kutemukan satu kesalahanku selama WFH, ya aku hanya memberikan tugas saja tanpa menjelaskan satu materi di dalamnya.
Tersadar bahwa aku mungkin makan gaji buta, seenaknya saja memberikan tugas tanpa penjelasan. akhirnya aku berusaha membenahi kesalahanku, aku mulai bertanya kepada para penghuni wa grup yang telah menyadarkanku akan kesalahanku itu. mereka baik dan ramah, tidak pelit ilmu dan sangat senang direpotkan.
Melihat semangatku bangkit, sulung pun mulai menyadari kesalahannya yang merasa bosan di rumah. dia pun mulai semangat mengikuti semua aturan yang kubuat. selalu mngerjakan kegiatan tepat waktu dan tanpa disuruh lagi.
Mungkin ini yang hendak Allah sampaikan pesan melalui wabah korona yang mendunia. saat stay at home, adalah satu kesempatan membenahi diri dan mengingat ilahi. kesalahan kecil yang dilakukan terus-menerus akan menjadi kesalahan besar, maka hanya dengan segera melakukan hal yang lebih baik kita bisa menebus kesalahan tersebut.
Korona mengajarkan kita pentingnya waktu bersama keluarga.
Korona mengajarkan mengingatkan kita sadar dari kesalahan yang selama ini dilakukan.
Terimakasih Tuhan....
Engkau sudah mengingatkan kami di dunia sebelum mati.
Terimakasih Rabb...
Komentar
Posting Komentar