TANGKIS FITNAH HASILKAN BERKAH
Di sebuah kota, hiduplah seorang ustadz bersama istri dan kedua anaknya. Mereka diminta oleh orang tua sang istru memimpin sebuah pesantren yang akan didirikan di suatu desa kecil. Dengan berserah kepada Allah swt, hijrahlah ustadz tersebut bersama keluarganya. Ustadz tersebut membawa
beberapa alumni santrinya dari pesantren sebelumnya. Alumni santri tersebut antusias mengikuti hijrahnya sang ustadz. Mereka berpamitan kepada kedua orangtuanya untuk menuntut ilmu agama lebih dalam dan berikhtiar untuk masa depan.
Sesampainya di desa kecil itu, beliau membangun sebuah pesantren. Ketika baru membangun satu lokal yang terdiri dari 3 ruangan, datanglah beberapa orangtua dari kota tempat beliau tinggal sebelumnya. Tak disangka, selain silaturahim para tetangga itu juga membawa serta anak-anak mereka untuk menitipkan mereka di pesantren yang bangunannya belum selesai itu. Sang ustadz terkejut dengan niat baik para tetangganya. Beliau sangat menyambut hangat niat para tetangganya. Namun, beliau menyebutkan akan banyaknya kekurangan yang terdapat dalam pesantren yang baru dibangun. Para tetangga tidak keberatan dengan segala kekurangan yang ada. Mereka sangat yakin dengan keahlian, kejujuran, dan niat baik sang ustadz, anak-anak mereka akan baik-baik saja.
Dengan berat hati sang ustadz menerima tiga calon santri tersebut. Untuk mendapatkan santri-santri lainnya, para alumni membuka pendaftaan santri baru. Itupun dengan nekad mengingat fasilitas yang ada sama sekali di bawah rata-rata.
Sang ustadz dengan dukungan kuat istri dan mertuanya yang selalu mensokong keuangan sarana dan prasarana pesantren sangat yakin akan perkembangan pesantren ke depannya.
Hari demi hari, sang ustadz yang saat itu sudah menjadi kiai dan ketiga alumni santrinya sudah menjadi ustadz menjalani kegiatan-kegiatan kepesantrenan dengan sangat tenang. Hingga suatu hari, saat santri mulai banyak yang berdatangan ternyata ada saudara sang istri kiai yang tidak suka dengan keberadaan pesantren tersebut. Dia merasa tanah yang dibangun untuk membangun pesantren adalah haknya, hingga dia membuat onar. Setiap waktu sholat, dia selalu membunyikan motor jadulnya dengan suara yang sangat berisik. Tentu saja hal ini sangat mengganggu jalannya sholat berjamaah, tetapi sang kiai bersikap sabar dan tenanh dalam menghadapinya. Beliau tak sedikitpun bergeming bahkan meminta para ustadz dan para santri tidak terpengaruh dengan hal itu.
Saudara sang istri kiai kesal dengan kesabaran dan ketenangan para penghuni pesantren. Dia mencoba keonaran baru, yaitu menyetel musik keras saat pengajian di masjid berlangsung. Hal itu pun sama sekali tidak membuat sang kiai bergeming, beliau sangat tenang dan tetap sabar. Hingga kesabaran saudara istri habis dan dia memfitnah sang kiai bahwa sang kiai tidak pernah bertegursapa dengannya.
"Kiai macam apa yang tidak pernah bertegursapa dengan paman dari istrinya bahkan mengambil hak orang tersebut" kata saudara tersebut sambil berteriak. Sontak para tetangga terkejut dan mempertanyakan hal itu. Mereka mendatangi sang kiai dan meminta klarifikasi akan fitnah tersebut. Hal itu pun lagi-lagi tidak membuat sang kiai marah. Beliau menyambut hangat kedatangan para tetangga yang berada di sekitar pesantren. Beliau memberikan penjelasan tentang fitnah yang ada. Dengan penjelasan itu, justru membuat pesantren semakin diminati. Tahun selanjutnya, santri yang masuk lebih banyak dari sebelumnya dan umumnya berasal dari desa itu.
Melihat santrinya semakin banyak artinya pesantren tersebut dipercaya oleh masyarakat dan artinya sang kiai, pemimpin pesantren sangatlah amanah. Akhirnya paman sang istri meminta maaf kepada kiai dan istrinya. Dia berjanji tidak akan lagi berbuat onar karena dia sadar keponakannya itu menikah dengan orang yang sangat baik dan bermanfaat bagi desanya.
Komentar
Posting Komentar