Moment spesial saat mengajar
Mengajar adalah kegiatan yang mulai dilakukan olehku sejak usia 14 tahun. Di pesantren tempatku menimba ilmu, ada sebuah praktik tutor sebaya dalam pembelajaran kosakata bahasa. Pada usia 14 tahun tepatnya seorang santri duduk di tingkat dua atau kelas 8, Kiai dan para ustadz mulai mencari bibit unggul. Bibit unggul yang dipilih adalah yang memiliki bakat dan potensi untuk digali dan dilatih.
Mulanya, mengajar teman sebaya di usia remaja cukup menegangkan. Ditambah lagi harus berlagak layaknya ustadz atau ustadzah yang mengajar. Tak jarang yang menangis karena gugup menghadapi teman sebaya namun karena dorongan dan arahan yang baik dari kiai dan para ustadz hanya 10% yang tumbang, pada umumnya bibit unggul ini berhasil jadi pengajar dan mampu mengajar secara profesional saat mereka lulus sekolah menengah atas atau tingkat 6.
Waktu mengajar tiba...
"Oke class, bagaimana kabar kalian?"
tanyaku setelah menjawab salam dan berdoa bersama-sama.
"Baik, ukhti...", serentak seluruh santriwati dalam kelas itu.
Kulihat diantara santriwati ada satu santriwan yang masuk di dalamnya.
:Afwan akhi, kok akhi ada di kelas ini?", tanyaku penasaran.
"Saya diminta pak kiai mengikuti semua kelas, jam pertama saya di kelas putra dan sekarang disini," jawabnya.
"oh begitu,"
"Ok...skrng kita belajar kosakata tentang kamar mandi.."
Aku mulai mengajarkan kosakata kepada mereka. Mereka sangat antusias dengan kata-kata Arab dan Inggris yang baru aku berikan.
"akhi, maa haadzaa?", tanyaku pada santri itu karena dia bengong.
dia sontak terkejut dan menjawab "haadzaa...mighrofun...",
Semua santriwati yang mendengar jawaban tersebut tertawa karena santri itu salah menjawab. Aku langsung mendiamkan kelas dan memberikan nasihat kepada mereka bahwa jangan suka menertawakan kesalahan orang lain justru seharusnya diberitahu. Mereka langsung terdiam.
"Afwan akhi...:kata salah satu santriwati kepadaku dan santri itu.
Santri yang itu tersenyum mendengar nasihatku. Tak lama, pak kiai datang dan meminta penilaian santri tersebut tentang caraku mengajar.
Aku sangat terkejut kenapa pak kiai memintanya menilaiku.
Pak kiai menjelaskan bahwa dia adalah santri tingkat paling atas di pesantren ini. Dia datang dari kota Brebes untuk belajar agama dan bahasa.
"Ukhti Fatma is the best in teaching," jawabnya tentang penilaian mengajarku.
Aku tersipu malu mendengar jawabannya.
luar biasa kisahnya
BalasHapus