SARIHAWA SEVEN
"ukhti taali ih! " Kata Dewi memanggilku dengan bahasa arab logat sunda. Begitulah kami di pondok ini, kewajiban berbahasa internasional yaitu bahasa Arab dan bahasa Inggris tidak serta merta menjadikan logat ibu kami hilang.
"Naam ukhti ana ge waiting you," jawabku yang kadang suka lupa apa bahasa arabnya akhirnya bicara campuran.
Hal itu justru yang unik di pondok kami. Masih ingat sejarah awal diwajibkannya berbahasa internasional. Kami digeder
Setiap harinya wajib menghafal 5 kosa kata.
Suatu hari...
"Dewi taali.... ,"mudabbir bagian bahasa memanggil
"Naam ukhti.... ,"jawab Dewi
"Limaadza fammuki?" Tanya mudabbir karena dewi memegang pipinya terus.
"Aanti maridhoh?" Tanyanya cemas
Dewi malah ketakutan karena yang bertanya adalah pengurus bagian bahasa. Dia tak mungkin menjawab dengan bahasa Indonesia tapi dia pun belum tau apa arti sariawan dalam bahasa arab.
Dia diam beberapa menit sambil berfikir apa arti sariawan dalam bahasa Arab.
Karena mudabbir terus menatapnya, dia sontak berkata," aa aa aana sarihawa seven,".
Mudabbir bingung dengan bahasa yang diutarakan Dewi. Tak peduli dengan hal itu, dia langsung melarikan diri ke dalam kamar. Aku yang sedang menyapu tersenggol badannya yang berlari cepat. Tentu aku marah,
"ih ukhti mahlan mahlan dong idza tamsyi...," komenku sambil marah.
"Afwan Han, ana akhof maa mudabbir lughoh." Jawab Dewi ketakutan.
"Idzan limaadza?" Tanyaku lagi.
"Ana g tau arti sariawan, jadi ana blng sarihawa seven,"bisik Dewi ke kupingku. Aku tertawa terbahak-bahak.
Komentar
Posting Komentar