Ternyata hatinya setia
Di sebuah pesantren kecil di suatu daerah, terdapat puluhan santri dari berbagai macam suku. Di antaranya Windi, seorang putri cantik dengan kulit kuning langsat berusia 15 tahun. Dia melanjutkan sekolahnya di pesantren karena ingin lebih banyak mendalami ilmu agama di samping ilmu umum yang tetap ada di pesantren tersebut. Windi sangat menghormati Nindi, dia selalu memanggilnya Ukhti bahkan Windu menganggapnya kakak angkatnya. Setiap minggu, ada saja kejutan untuk Nindi darinya. Nindi pun demikian, dia memiliki kakak angkat dari alumni santriwan yang sedang mengabdi di pesantren tersebut, Ustadz Andi namanya. Ustadz Andi adalah seorang alumni pilihan sang kiai yang diangkat menjadi ustadz pertama dari alumni santri.
Suatu hari, Windi melihat ustadz Andi bersama kakak angkatnya. Dia terlihat cemburu dengan kedekatan mereka. Ternyata Windi menyimpan rasa terhadap ustadz muda tersebut tanpa diketahui oleh Nindi. Bahkan Windi sering bangun malam hanya untuk melihat Ustadz Andi berkeliling pesantren.
"Aduh, maaf Ustadz saya tabrak," kata Windi sengaja sepulang dari mushola setelah melaksanakan sholat malam.
Ia lakukan hal ini agar bisa membuka pembicaraan dengan ustadz yanh disukainya itu.
"Oia ga papa, kamu sendiri?" Tanya ustad Andi.
"Ya, alhamdulillah," jawab Windi tersipu malu.
"Sepertinya kamu sangat rajin sholat malam di musholla ini, kenapa g di kamar?lebih nyaman dan tidak takut sendirian karena banyak teman?," Tanya Ustadz Andi heran.
"Klo di kamar kurang khusuk Tadz, jadi cari tempat yang sepi. Enaknya ya di musholla." Jawab Windi meyakinkan.
"Oh gitu , ya sudah skrng kembali ke kamarmu ya. Hati-hati! " Kata Ustadz Andi mengakhiri percakapan mereka.
Ustadz Andi sangat menjaga wibawanya karena dia seorang ustadz, walau demikian dia tak pernah menolak santriwati yang datang padanya.
Hal itu yang membuat Windi semakin suka. Dia yakin dengan intensitas pertemuan yang sering terjadi, pasti ustadz Andi akan menyukainya.
Benar juga perkiraan Windi, akhirnya mereka berdua saling menyukai. Kabar ini sampai ke telinga Nindi.
Nindi, perempuan yang cuek tak peduli dengan berita itu, apalagi dia hanya menganggap Ustadz Andi sebagai kakak angkatnya. Tapi Ustadz Andi justru menanyakan bagaimana hati Nindi setelah mengetahui hubungannya dengan Windi.
Di lapangan tempat Andi dan Nindi biasa menghabiskan waktu untuk saling bercerita. Andi mulai mempertanyakan hal tersebut.
"Nin, kamu udah tau hubunganku dengan Windi?" tanya Ustadz Andi memulai percakapan agar Nindi cemburu.
"Oia lupa selamat ya kakakku yang playboy, udah bisa move on dari perempuan sebelumnya." Tak tampak di wajahnya kecemburuan sedikit pun. Malah dia memberikan selamat.
"Ih kamu kok blng begitu sama aku?", tanya Ustadz Andi heran.
"Terus?", jawab Nindi santai sambil menyapu halaman.
"Emang kamu g cemburu?"tanya Ustadz Andi penasaran.
"Buat apa aku cemburu sama playboy cap kampak kayak kakak," jawab Nindi lepas.
"Harusnya kamu tau kenapa aku selalu berusaha mengisi hatiku dengan perempuan lain?"
"G mau tau,"
"Harus tau, karena aku suka kamu tapi kamunya super cuek." Ustadz Andi memaksa dan mengeluarkan isi hati yang sebenarnya.
Nindi tak terkejut mendengar kata itu, justru Winda lah yang kaget luar biasa saat tak sengaja melewati mereka dan mendengar percakapan tersebut.
"Aku mandi dulu ya kak, basi ah kata-kata kakak,"
Nindi berlalu begitu saja, padahal Andi masih ingin mengutarakan segala rasanya ke adik angkatnya itu.
Sementara di kamar Windi, dia menangis dan merasa bersalah. Ternyata Ustadz Andi yang selama ini dia sukai, sudah lebih lama menyukai kakak angkatnya. Windi bertekad akan menyatukan kakak angkatnya dengan andi walau hatinya sakit. Bagi Windi, Nindi adalah kakak angkat terbaik yang ia kenal.
Windi membuat janji dengan Nindi dan Andi di jam yang sama dan tempat yang sama. Nindi dan Andi pun mengiyakan janji yang dibuat.
Semilir angin malam itu membuat Windi dan Nindi segera masuk ke kamar masing-masing. Tak lama Ustadz Andi keluar mencari mereka. Andi sudah berjanji akan menemui mereka di lapangan bermain dekat asrama putri. Tapi ternyata mereka sudah tak ada. Karena sudah janji, Windi keluar lagi dari kamar dan segera menemui Andi yang menunggunya.
"Maaf Tadz, lama nunggu," kata Windi meminta maaf
"Ga apa apa, kenapa mau ketemu disini malam-malam begini?"
"Aku mau mengakhiri hubungan kita. Aku tau ustadz menyukai kakak angkatku lebih dulu, dan ustadz hanya menjadikanku umpan agar kakakku cemburu."
Andi terkejut mendengar kalimat Windi, selama ini siapapun yang ia sukai tak pernah tau bagaimana perasaannya dengan Nindi. Tak disangka Windi memiliki hati yang setia walau itu menyakiti hatinya.
"Aku harap Ukhti Nindi mau mendengar suara hatimu ya Tadz, selamat berjuang."
Windi berlalu meninggalkan lapangan itu dengan deraian air mata. Nindi yang ternyata tau pertemuan tanpanya itu segera memeluk Windi dan mengatakan, "mengapa kamu lakukan hal ini?"
"Karena aku tak mau kehilangan kakak angkatku yang baik ini,"jawab Windi menangis.
Nindi ikut menangis karena terharu dengan ucapan Windi. Tak disangka Windi yang begitu mencintai Ustadz Andi rela meninggalkannya demi hubungannya dengan Nindi.
Komentar
Posting Komentar