Gara-gara setandan pisang
Buk! Suara tendangan kaki dari kamar sebelum terdengar kencang. Maina marah karena badannya terasa sakit, kebetulan dia senderan di triplek yang ditendang oleh seseorang dari kamar sebelah.
"Kenapa sich kamar senior itu, marah-marah sambil tendang pembatas kamar segala, " ucap Maina.
"Entahlah mungkin dia iri karena kamar kita dihadiahi pisang setandan oleh pak Kiai sedangkan mereka hanya ubi-ubi kecil. "Aiza menjawab dengan mengira-ngira.
"Ga ada rasa syukurnya, ubi-ubi kecil juga sekarung lho yang pak kiai hadiahi. Lagipun ga mungkin pak kiai g adil terhadap kita." Maina kembali berkomentar.
"Taulah, mereka merasa senior jadi berhak melakukan apapun ke kita", jawab Aiza.
"Ga bisa gitulah, aku akan lapor ke ukhti Tina bagian keamanan, ada bukti kok lihat aja triplek pembatas ini hampir lepas dari paku-pakunya."
Dania pergi ke kantor keamanan untuk melaporkan kejadian itu.
Selang beberapa jam setelah laporan diterima....
"Afwan ukhti,siapa yang tendang triplek pembatas kamar itu?" Tanya ukhti Tina, roisah amni.
Semua kakak kelas di kamar itu menggeleng. Hanya satu yang bicara
"Gue...emang kenape? Masalah?"
"Afwan ukhti udah lakukan pelanggaran. Silahkan ikut kami ke kantot keamanan." Ukhti Tina dengan tegas membawa Ukhti Laini ke kantor keamanan.
Dengan kesal, ukhti Wawa ikut perintah roisah amni itu.
Dalam sidang...
"Kenapa ukhti harus sampai menendang triplek pembatas kamar itu?"
Tanya mudabbir amni lain menginterogasi.
"Kesal aja, masa kamar adik kelas dihadiahi pisang matang satu tandan, sedangkan kami kakak kelas mereka hanya diberi ubi-ubi kecil mentah satu karung."
"Lha bukannya lebih banyak ya ukhti."
"Benar, tapi kami harus sibuk masak ubi-ubi itu terlebih dahulu. Sedangkan mereka bisa langsung memakannya."
Sontak mereka tertawa.....
"Ukhti ukhti ada ada aja."
Walau demikian Wawa tetap dihukum karena telah merusak fasilitas pondok. Tapi setelah itu, Maina membagi pisang menjadi dua bagian untuk dihadiahkan kepada Ukhti Wawa dan kawan-kawan sekamarnya.
Begitupun Wawa, dia membagi dua ubi-ubi kecil yang sudah dikukusnya menjadi dua bagian untuk dihadiahkan ke adik-adik kelasnya di kamar sebelah.
Wawa baru menyadari alasan pak Kiai menghadiahkan mereka dengan makanan yang berbeda dan banyak. Agar mereka bisa saling berbagi .
Komentar
Posting Komentar