Akhi wa habibi
"De....anti sudah makan?"
"Alhamdulillah sudah. Kakak?
"Alhamdulillah ana aidhon."
"De....nanti sore kakak tunggu di kantin putri ya!"
"Hmmmm....afwan ga janji."
"Aneh.."gumam Hani dalam hati. tumben Ardi mengajaknya ketemuan di kantin.
Sorenya saat bangun tidur.
"Wah...astaghfirullah jam berapa ini Ukhti?" tanya Hani kepada teman sekamarnya. "Baru jam 3, kenapa Han?" Hani terkejut dan langsung mengambil handuk untuk mandi sore. "Hani kenapa Ukhti?" tanya Tia yang keheranan melihat Hani sok sibuk padahal hari itu hari Sabtu,yang g ada jadwal sholat berjamaah dan ngaji sore.
"Entah. Ana juga g faham tuh kenapa Hani buru-buru."
Hani bergegas ke kamar mandi dan mengganti pakaian. Setelah mendengar kumandang azan Asar, dia segera menggelar sajadah untuk sholat. Hari Sabtu dan Minggu adalah dua hari bebas sholat berjamaah kecuali Maghrib, Isya,dan Subuh. Pula g ada jadwal ngaji karena kelas dipakai oleh sebuah lembaga perkuliahan yang sewa tempat di pesantren itu.
Ardi yang sudah selesai sholat Asar berjamaah di masjid langsung menuju kantin untuk bertemu dengan adik angkatnya,Hani.
Hani pun bergegas menuju kantin berusaha menepati janjinya walau sudah bilang g janji. Hani keheranan kenapa tiba-tiba Ardi mengajaknya bertemu di kantin, padahal setiap istirahat mereka selalu bertemu tanpa harus janji temu.
Sesampainya di kantin. Ardi yang biasanya cuek dan pasti meledek Hani jika bertemu di kantin, kali ini tidak. Hatinya terasa bergetar menunggu kedatangan adik angkatnya itu.
Hani benar-benar bingung dengan sikap kakak angkatnya yang sudah tiga tahun menjalin hubungan kakak beradik.
"Woi Kak, ngapain ngajak ketemuan? So iyeh...".tanya Hani cuek tapi penasaran.
"Bisa agak lembut g ngomongnya? " Ardi tanya balik.
"Ih sejak kapan Hani lembut,kapas kaleee."
Ardi tersenyum tetapi ia ingin sekali melihat Hani berkata-kata lembut sesuai harapannya.
"Duduk dong Han!", Ardi mempersilahkan Hani duduk.
Hani tegang. "Ada apa sih Kak, Hani mau disidang ya?" Hani malah ketakutan karena dia tau Kak Ardi adalah seorang
Ketua santri yang g segan2 menghukum santri yang bersalah. Sambil pelan-pelan duduk, Hani memikirkan kesalahan apa yang telah ia perbuat hingga disidang olehnya.
"Han.....Ana uhibbuki fillah...."
Hani terkejut dan tak mampu berkata-kata. Sejujurnya dia tak ada rasa apapun terhadap kakak angkatnya itu bahkan juga untuk laki-laki lain. Tetapi ia sangat nyaman saat berada bersama Ardi.
Afwan kak,Hani ke kamar dulu ya. Hanya itu jawaban yang ia sampaikan.
"Kok tiba-tiba aku deg-degan sich?" Ujar Hani dalam hati. "Apa aku juga suka Kak Ardi? Masa sich?"
Banyak pertanyaan yang dilontarkan pada hatinya. Hani bingung dengan semua pertanyaan itu. Tapi dia pun tak mungkin menyakiti perasaan kakak angkatnya yang sudah tiga tahun melindungi.
"Ah sudahlah aku tak perlu memikirkannya," ucap Hani walau masih galau.
"Ukhti Hani....Kak Ardi nungguin depan kantin tuh", Deva teman sekamar Hanu menyampaikan pesan Ardi. Ya Dev, syukron ya.
"Aduh kok Kak Ardi mau ketemu lagi sich, aku kan masih bingung," gumam Hani dalam hati. Walau demikian, Hani tetap melangkahkan kaki menuju kantin putri.
Belum lagi sampai, dia lihat Ardi yang sedang menanti. Hatinya semakin berdebar mengingat apa yang sudah disampaikan Ardi sebelumnya.
"Bismillah....."
Hani beranikan diri melangkah ke kantin yang tinggal beberapa langkah itu.
"De..kamu kemana aja? Cukup lama aku nunggu kamu disini."
"Af ..afwan Kak, baru selesai nyuci. " Hani berusaha mencari-cari alasan.
"Oh...sudah bisa jawab pernyataanku?" tanya Ardi penasaran.
"Yang mana?" Hani sengaja sok lupa.
"Ana Uhibbuki fillah....", Ardi mengulang pernyataaannya.
"Ana aidhon...." tiba-tiba Hani menimpali.
"Tapi kita biasa aja ya, ga ada yang beda." Hani langsung sambung kalimatnya.
Ardi tersenyum.
kasih jarak 2 enter anta paragraf supaya lebih enak dibaca dan tambahkan gambar.
BalasHapus